Review
Benteng-benteng di Kepulauan Maluku: Ternate dan Tidore – Edisi Dua Bahasa Spanyol – Indonesia

Benteng-benteng di Kepulauan Maluku: Ternate dan Tidore – Edisi Dua Bahasa Spanyol – Indonesia

Buku berbentuk hard cover dengan full warna ini penuh dengan foto-foto keindahan Kota Ternate dan Tidore beserta sejarah kota, buku ini berjudul Benteng-benteng di Kepulauan Maluku.  Isi dari buku ini menawarkan perjalanan yang persis dan terperinci dari masing-masing benteng Ternate dan Tidore yang dibangun oleh kekuatan bangsa Eropa yang bersaing untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah dari pulau rempah-rempah, utamanya cengkeh, dan pala, selama abad ke-16 dan ke-17, sangat informatif karena menyajikan informasi kepada para pelancong/turis mengenai aspek-aspek historis terpenting yang terjadi selama periode paling bergejolak dalam sejarah Kepulauan Maluku. Karya kecil yang bernilai sangat berharga ini didedikasikan untuk para pria dan wanita Ternate dan Tidore, yang diwakili oleh para sultannya masing-masing, dalam rangka peringatan 500 tahun awal masa lalu bersama yang masih hidup dalam ingatan kita.

Dalam buku ini ada terdapat kata pengantar dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepaka Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Di bawah ini adalah kutipan kecil dari kata pengantar beliau;

“Buku the Fortresses of the Moluccas Islands adalah jendela yang akan mengantarkan para pembaca tenggelam dalam pengalaman autentik dengan menilik sejarah dan melihat lebih dalam kekayaan alam dan bdaya Indonesia” – Sandiaga Salahuddin Uno (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Terdapat lima pulau yang dikenal sebagai Kepulauan Rempah-rempah (Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan), semuanya berasal dari gunung berapi, yang terletak di timur laut Indonesia dan mereka yang satu-satunya yang menghasilkan cengkeh di dunia sampai pertengahan abad ke-18. Pohon cengkeh adalah tanaman dari keluarga Myrtaceae (Syzygium aromaticum) yang berasal dari Maluku. Asal-usul geografisnya yang unik dan misterius merupakan keunikan yang membuatnya terkenal dan dimitoskan di pasar Eropa dan Asia sejak zaman kuno.

Cengkeh digunakan dalam berbagai cara: sebagai minyak untuk mengolah makanan, sebagai esens untuk mengharumkan napas, sebagai anestesi untuk sakit gigi atau sebagai bahan penting dalam persiapan berbagai jenis makanan (dalam buku-buku resep Inggris abad pertengahan, sekitar 20% dari resep mereka mengandung cengkeh sebagai bahannya). Meskipun pala (Myristica lrugrans) yang memiliki harga tinggi juga diproduksi di pulau-pulau ini, namun pala terbaik dengan harga paling tinggi berasal dari wilayah Maluku Selatan, utamanya dari kepulauan kecil Banda.

Buku yang disusun sebagai panduan arsitektur militer Pulau Ternate dan Tidore ini ditujukan bagi pembaca yang tertarik dengan wisata yang fokus pada sejarah Indonesia di bagian ini pada abad ke-16 dan ke-17, yang mungkin merupakan periode paling bergejolak dan kompleks dalam sejarah kepulauan Maluku. Melalui informasi yang ada pada buku ini, para pelancong akan dapat mempelajari sejarah masing-masing benteng secara rinci dan peran yang dimainkan dalam peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di dua pulau rempah-rempah ini pada saat kekuatan Eropa saat itu (Portugal, Spanyol, dan Belanda, secara berurutan) berlomba-lomba untuk menguasai monopoli perdagangan rempah-rempah, terutama pala dan cengkeh, dua rempah-rempah bernilai tinggi yang merupakan komoditas asli pulau-pulau ini. Dalam medan operasi ini, kita tidak boleh melupakan peran yang menentukan yang dimainkan oleh masing-masing kesultanan di wilayah ini, terutama kesultanan Ternate dan Tidore, dan juga penduduk lokalnya, dalam kerangka aliansi dengan bangsa-bangsa Eropa, yang sangat menentukan dalam mengubah keseimbangan sejarah ke arah sisi tertentu.

Sebagai buku panduan, buku ini menawarkan perjalanan wisata yang tepat dan terperinci dari masing-masing benteng di Ternate dan Tidore, menyajikan informasi kepada para pelancong tentang aspek-aspek historis yang paling relevan yang terkait dengan masing-masing benteng yang dikunjungi, seperti deskripsi, tahun pembangunan dan informasi lain yang menarik, serta kondisi pelestariannya saat ini. Deskripsi, peristiwa-peristiwa terpenting yang mempengaruhi benteng, aktor-aktor yang siapa saja yang terlibat dan informasi lain yang akan membantu para pelancong untuk memahami fungsi dan pentingnya peran benteng tersebut dalam perjalanan sejarah Kepulauan Maluku.

Dan terakhir, gambar-gambar grafis tua yang dipilih secara cermat menawarkan pandangan historis tentang bagaimana benteng-benteng yang berbeda itu direpresentasikan dan dipersepsikan, meskipun tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Berbeda dengan apa yang coba digambarkan oleh gambar-gambar grafis tersebut, buku ini menyajikan serangkaian foto yang menunjukkan keadaan benda-benda warisan tersebut saat ini.